Rabu, 11 Februari 2009

Membuka Tabir (Hijab) Yang Membatasi Diri Dengan Tuhan

A. Membina Pribadi

1. Perbaikan Akhlak Firman AlLah swt. dalam Al-Quran (S. Al-Kahfi: 110)

"Maka barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh (memperbaiki akhlak) dan janganlah ia mempersekutukan apapun dalam beribadat kepada Tuhan (bersih dari segala kotoran hawa nafsu)"

Al-Ghazali di dalam kitabnya Kimyaus-Saadah menyatakan
"tujuan perbaikan akhlak ialah membersihkan qalbu dari kotoran hawa
nafsu dan amarah hingga menjadi suci bersih bagaikan cermin yang dapat menerima Nur cahaya Tuhan".

2. Sabar Firman AlLah swt. dalam Al-Quran (S. Al-Baqarah: 45 - 46)

"Jadikanlah sabar dan Salat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu adalah tugas berat kecuali bagi orang yang khusyu".
Orang - orang yang khusyu' itu ialah orang yang menyukai bahwa mereka itu akan bertemu dengan AlLah dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya"

Menurut Al-Ghazali, 'Sabar' ialah meninggalkan segala macam pekerjaan yang digerakkan oleh hawa nafsu, tetap pada pendirian agama yang bertentangan dengan kehendak hawa nafsu, semata - mata krn menghendaki kebahagiaan dunia dan akhirat"

Pembagian Sabar:

a) Sabar Disiplin / Taat
i) Sabar sebelum taat, ialah niat yang ikhlas, tujuan yang benar, merasa berkewajipan atas keyakinan agama dalam menerima peraturan berupa perintah atau larangan.
ii) Sabar melaksanakan taat, ialah melaksanakan kewajipan sampai selesai, berkala atau terus menerus dengan penuh tanggungjawab dan kesungguhan.
iii) Sabar setelah taat, ialah tidak merasa bangga dengan selesainya
pekerjaannya, tidak iri hati atau kekurangan atau kelebihan orang lain,
tidak ria' untuk dikagumi hasil usahanya.

b) Sabar Berkewajipan. Mengetahui sesuatu kewajipan tidak cukup untuk dapat dikerjakan tanpa adanya kesabaran dan sebaliknya mengetahui sesuatu larangan belum tentu dapat meninggalkannya tanpa adanya kesabaran.
c) Sabar menurut hukum terbagi:
Sabar untuk menjauhkan diri dari segala yang haram,hukumnya
'wajib'.
Sabar untuk menjauhkan diri dari segala pekerjaan makruh,
hukumnya 'sunat'.
Sabar dalam menjalankan hukuman krn pelanggaran maka hukumnya
'harus'.
Sabar membela kehormatan atau hak milik hukumnya 'haram'. Sifat
sabar dalam keadaan ini dinamakan 'sabar Saja'ah' (sabar berani). Firman AlLah dalam Al-Quran (S. Al-Anfaal: 46)
"Bersabarlah kamu sekalian, sesungguhnya AlLah beserta mereka
yang sabar".

3) Syukur. Berterima kasih kepada AlLah atas segala nikmat pemberianNya.
Arti Syukur, keadaan seseorang mempergunakan nikmat yang diberikan oleh AlLah itu hanya untuk membuat kebajikan.

4) Ridha bil Qadha. Ridha artinya rela menerima dengan apa yang ditentukan dan ditaqdirkan AlLah kepadanya.
Rela berjuang atas jalan AlLah mencari semata - mata keridhaan AlLah
(Ibtighaa MadhatilLah).

Kesimpulan Sabar, Syukur dan Ridha adalah tiga sifat terpuji yang sangat bernilai tinggi, dapat membawa kepada ketinggian budi pekerti dan akhlak dan merupakan kekuatan yang dapat menolong untuk berkemauan keras, berjiwa besar dan bertanggungjawab.

Pendidikan Tasauf pertama - tama dengan perbaikan akhlak, mencapai tingkat demi tingkat yang lebih tinggi, dari Muslim biasa kepada Mukminin kepada Muhsinin kepada Muttaqin kepada Mukarrabin kepada Arifin - mengenal dan merasai Tuhan yang sungguh - sungguh. Dengan sifat - sifat yang tersebut, mereka memasuki latihan - latihan jiwa dan mujahadah dengan Sistem berikut :

Takhalli - mensuci bersih diri dari segala dosa lahir dan dosa bathin.
Tahalli - mengisi diri dengan segala sifat yang terpuji.
Tajalli - memperoleh hakekat kenyataan Tuhan krn suci bersihnya hati
mereka mencintai AlLah.


B.Latihan Rohani dan Tingkat - Tingkat Yang Harus Dilalui

1. Tujuan Takhalli ialah:

a]. Membersihkan diri dari kotoran hati / sifat - sifat tercela.Firman
AlLah dalam Al-Quran (S. As-Sams: 9 & 10)
"Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensucikan jiwanya dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya".

Sifat - sifat yang mengotori jiwa / hati
Hasad - irihati
Haqad - dengki / benci
Suuz-zan - sangka buruk
Kibir - sombong
Ujub - merasa sempurna diri dari orang lain
Riya - mempamerkan kelebihan diri
Suma' - cari nama atau kemasyuran
Bukhul - bakhil / kikir
Hubbul Mal - cinta kebendaan
Tafahur - membanggakan diri
Ghadab - pemarah
Ghibah - pengumpat
Namimah - bicara dibelakang orang
Kizib - dusta
Khianat - munafik Maksiat Lahir - segala perbuatan yang dikerjakan
oleh anggota badan manusia yang
merusak orang atau diri sendiri sehingga membawa pengorbanan benda-benda, fikiran dan perasaan.
Maksiat Bathin - lebih berbahaya krn tidak kelihatan dan kurang
disadari dan sukar dihilangkan.

b]. Cara membersihkan jiwa / hati Tersingkapnya tabir / hijab yang
membatasi diri dengan Tuhan ialah suci bersihnya diri / jiwa dari kotoran - kotoran maksiat lahir dan maksiat bathin. Menurut Ahli Tarekat ada 4 dinding / hijab yang membatasi diri dengan Tuhan dan ada 4 juga jalan yang dapat membuka dinding / hijab itu.

i) Tingkat Pertama : Suci dari Najis dan Hadas
- Bersih dari najis maka wajib bersuci dengan air atau berinstinja dengan tanah. - Suci dari hadas besar (keluar mani) maka wajib mandi.
- Suci diri dari hadas kecil maka wajib berwudhu. * Seorang yang hendak menghubungkan diri dengan Tuhan maka wajib
bersih badannya, bersih pakaiannya, bersih tempatnya, bersih lahir dan bathinnya.

ii) Tingkat Kedua : Suci Dari Dosa Lahir Ada 7 anggota badan yang membuat dosa lahir yang disebut maksiat,
iaitu :

Mulut - dusta / ghibah
Mata - melihat yang haram
Telinga - mendengar cerita kosong
Hidung - menimbulkan rasa benci
Tangan - merusak
Kaki - berjalan membuat maksiat
Kemaluan - bersyahwat / berzina (termasuk makan yang haram).

iii) Tingkat Ketiga : Suci dari Dosa Bathin Ada 7 alat pembuat dosa bathin yang dinamakan 7 Lataif (Petikan :Pengantar Ilmu Tarekat oleh Abubakar Aceh)

Latifatul Qalby - berhubungan jantung jasmani. Letaknya dua jari di
bawah susu kiri. Di sinilah letaknya sifat - sifat kemusyrikan, kekafiran dan ketahyulan dan sifat - sifat iblis. Untuk mensucikannya zikir dengan membaca 5000 kali - AlLah, AlLah. Pada tingkat ini hati diisi dengan Iman, Islam, Ihsan, Tauhid dan Makrifat.
Latifatu Roh - berhubungan Rabu jasmani. Letaknya dua jari di bawah
susu kanan. Di sinilah letaknya sifat Bahimiyah (binatang jinak) iaitu sifat menurut nafsu. Untuk mensucikannya zikir dengan sekeras -
kerasnya 1000 kali - AlLah, AlLah.
Latifatus-Sirri. Letaknya dua jari di atas susu kiri. Di sinilah letaknya sifat 'Syabiyah' (binatang buas) iaitu sifat zalim / aniaya, pemarah dan pendendam. Untuk mensucikannya zikir dengan membaca 1000 kali - AlLah, AlLah. Pada tingkat ini hati diisi dengan sifat kasih sayang dan ramah - tamah.
Latifatul Khafi - dikenderai Limpah jasmani. Letaknya dua jari di atas
susu kanan. Di sinilah letaknya sifat 'Syaitanuyah' iaitu hasad / dengki, munafik dan khianat. Untuk mensucikannya berzikir 1000 kali membaca
AlLah, AlLah dengan sekeras - kerasnya. Pada tingkat ini hati diisi sifat Syukur dan Sabar.
Latifatul Akhfa - berhubungan empedu jasmani. Letaknya di tengah -
tengah dada. Di sinilah letaknya sifat ria, takbur / sombong, ujub / membanggakan diri dan Sum'a / cari nama atau kemasyuran. Untuk
mensucikannya zikir 1000 kali membaca AlLah, AlLah. Pada tingkat ini
hati diisi sifat Ikhlas, Khusyu', Tadarru Tafakkur.
Latifatun-nafsun-Natiqa. Letaknya di antara dua kening. Di sinilah letaknya 'nafsu ammarah' penghalang besar untuk menciptakan perbaikan masyarakat. Untuk mensucikannya zikir 1000 kali membaca AlLah, AlLah. Pada tingkat ini hati diisi dengan sifat Tenteram dan Pikiran Tenang.
Latifah kullu Jasad - kenderai seluruh tubuh jasmani. Dalam Latifah
inilah terletak sifat jahil dan ghaflah (kejahilan dan alpa). Untuk mensucikannya hendaklah dizikirkan 1000 kali - AlLah, AlLah sehingga
mengalir zikir disekujur badan jasmani sehingga tiada tempat untuk
sifat kebendaan / kejahilan dan kelalaian / Ghaflah. Pada tingkat ini hati diisi pula sifat Ilmu dan Amal.

iv) Tingkat Keempat : Suci Hati Rabbaniyah Yang dimaksudkan Latifatul Qalby di sini bukan jantung jasmani tetapi "Latifatur Rabbaniyah" adalah Roh yang suci yang paling halus dan memerintah serta mengatur badan dan anggota badan jasmani. Dialah hakekat diri yang sebenar diri. Induk kepada latifah - latifah lain. Sabda RasululLah s.a.w.

"Di dalam tubuh anak Adam ada segumpal daging apabila ia baik, maka
baiklah seluruh jasad dan apabila ia rosak maka rosaklah seluruh jasad. Ketahuilah, dia itu ialah 'hati'.

Pada Latifah Rabbaniyahlah tempat jatuhnya penilikan AlLah kepada manusia.
Menurut Kaum Sufi, bahwa kehidupan dan alam penuh dengan rahasia - rahasia tersembunyi. Rahasia tertutup oleh dinding/hijab tetapi bisa
terbuka dan dapat tersingkap, dapat melihat atau merasai atau berhubungan dengan terang ter-rahasia asal kita menempuh jalannya. Jalan itulah dinamakan 'Tarekat'. Ahli Tarekat menempuh jalan didikan 3 tingkat iaitu Takhalli, Tahalli dan Tajalli.

2. Tujuan Tahalli ialah:

Mengisi diri dengan sifat - sifat terpuji / menyinari hati.

a) Dasar Perbaikan Akhlak. Kaum Sufi mengatur suatu ajaran untuk
memperbaiki tata kehidupan dan
penghidupan manusia agar manusia itu menjadi 'manusia wara' yang ikhlas dalam beribadat kepada AlLah, ikhlas dalam pengabdian melayani masyarakat dan damai / berpartisipasi dalam kehidupan. Firman AlLah dalam Al-Quran (S. An-Nahl: 90)

"Bahwa sesungguhnya AlLah memerintahkan untuk berlaku adil, berbuat kebajikan, hidup
berkeluarga. Dan melarang kekejian, kemungkaran dan bermusuhan. Bahwa Tuhan mengajarkan kepada kamu sekalian (pokok - pokok akhlak itu) agar kamu sekalian menjadi perhatian"

Ajaran itu menurut istilah sufi dinamakan: Takhalli, Tahalli dan Tajalli.
Sistem ajaran ini memerlukan latihan - latihan dan perjuangan dengan tanjakan - tanjakan dari satu tingkat ke tingkat lebih tinggi yakni dari mensuci bersihkan hati ke tingkat menyinari hati sampai dekat diri kepada AlLah dalam keadaan Tajalli.

b) Sifat yang Mnyinari Hati / Jiwa. Sifat yang menyinari hati / jiwa
menurut Kaum Sufi dinamakan sifat - sifat terpuji. Menurut Al-Ghazali di dalam kitabnya "Arbain fi Usulid-Din" antara sifat - sifat terpuji itu ialah:

Taubat - menyesali diri dari perbuatan yang tercela
Khauf / Taqwa - perasaan takut kepada AlLah
Ikhlas - niat dan amal yang tulus atau suci
Syukur - rasa berterima kasih
Zuhud - hidup sederhana, apa adanya
Sabar - tahan diri dari segala kesukaran
Ridha - bersenang diri menerima keputusan AlLah
Tawakkul - menggantungkan diri, nasib kepada AlLah
Mahabbah - cinta kepada AlLah semata - mata
Zikrulmaut - selalu ingat mati Maka apabila manusia telah menaungi dan mengisi hatinya dengan sifat - sifat terpuji itu maka hati menjadi cerah dan terang dapat pula menerima cahaya dari sifat - sifat tadi.

c) Mendekatkan Diri kepada AlLah. Untuk mendekatkan diri kepada AlLah perlu melalui apa yang lazim dikerjakan oleh Kaum Sufi iaitu Kesempurnaan Agama Islam yang dapat dicapai
dalam 4 tingkat.

i) Tingkat Pertama : Syariat Artinya mengerjakan amal badaniyah dari segalahukum - hukum: shalat, puasa, zakat dan haji. Syariat adalah peraturan - peraturan yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Tujuan utama syariat ialah membangun kehidupan manusia atas dasar amar ma'ruf dan nahi mungkar. Syariat membahagi ma'ruf kepada 3 kategori:

1. Fardhu atau wajib
2. Sunnat atau mustahab
3. Mubah atau harus

Selanjutnya syariat membagi munkarat atas 2 bahagian iaitu :

1. Haram
2. Makruh

Peraturan - peraturan yang diatur oleh syariat itu adalah atas dasar Quran dan Sunnah yang merupakan sumber hukum dalam Islam untuk keselamatan manusia. Menurut Ahli Sufi, bahwa syariat itu baru merupakan tingkat pertama menuju jalan kepada Tuhan. Tarekatlah yang merupakan perbuatan untuk melaksanakan syariat itu.
Apabila 'Syariat' dan 'Tarekat' dikuasai maka lahirlah 'Hakekat' yang tidak lain dari perbaikan keadaan dan ehwal, sedang tujuan terakhir adalah 'Makrifat' iaitu mengenal Tuhan yang sebenar - benarnya, serta
mencintainya sebaik - baiknya. Syariat ialah pengenalan perintah dan
Hakekat ialah pengenalan pemberi perintah.

ii) Tingkat Kedua : Tarekat Dasar - dasar pokok mengenai Tarekat antara lain:

1. Sebuah Hadis Qudsi menyatakan : "Adalah Aku suatu perbendaharaan yang tersembunyi, maka inginlah Aku supaya diketahui siapa Aku, maka kujadikanlah makhluk: Maka dengan AlLah mereka mengenal Aku". Dasar "Wihdhatul Wujud" yang menjadi faham Ahli Tarekat. Bahwa AlLah itu permulaan kejadian, yang awalnya tiada
permulaan. AlLah telah ada dan tiada yang lain besertaNya. Dan krn supaya zatnya dilihat pada sesuatu yang bukan zatnya, sebab itulah dijadikan segenap kejadian (Al-Khaliq).

2. Firman AlLah dalam Al-Quran (S.Al-Jin: 16)

"Dan bahwa jika mereka tetap (istiqamah) menempuh jalan itu "TAREKAT"
sesungguhnya akan Kami beri rezeki / rahmat yang berlimpah - limpah".

"Tarekat" adalah suatu sistem (tariqah) untuk menempuh jalan yang pada akhirnya mengenal dan merasakan adanya Tuhan, dalam keadaan seseorang dapat melihat Tuhan dengan mata hatinya (ainul basirah). Ini didasarkan atas pertanyaan Saidina Ali bin Abi Thalib kepada RasululLah:
"Manakah Tarekat yang sedekat - dekatnya mencapai Tuhan? Yang dijawab RasululLah s.a.w. : "tidak lain daripada zikir kepada AlLah". "Syariat" mewajibkan seseorang mengadap Kiblat dalam Shalat, maka "Tarekat" tidak sampai di situ saja. Tarekat berpegang kepada Firman AlLah: "Sembahlah Aku". Yang bermaksud semua ibadah dilakukan krn tujuan untuk ber-Taqwa (takut) kepada AlLah. Tetapi bukan setakat pengertian "syariat" iaitu mengerjakan apa yang diperintah dan menjauhkan apa yang dilarang. Tetapi menurut Ahli Tarekat Taqwa adalah perpaduan dari 4 sifat:

1. (ta) - Taubat
2.(qaf) - Qinaah atau khusyu'
3. (wauw) - Wara
4. (alif) - Ikhlas beribadah mencari keridhaan AlLah

iii) Tingkat Ketiga : Hakekat Syariat merupakan peraturan, Tarekat
merupakan pelaksanaan maka hakekat adalah
tujuan pokok yakni pengenalan Tuhan yang sebenar - benarnya. Menurut Tarekat, hati wajib menghadap kepada
AlLah berdasarkan ayat Quran: "Fa'buduny - sembahlah Aku". Menurut kita menyembah Tuhan seolah - olah Tuhan terlihat, berdasarkan Hadis: "Sembahlah Tuhanmu, seakan - akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka sesungguhnya Tuhan melihat kamu".

Menurut Makrifat, ialah mengenal AlLah untuk siapa dipersembahkan segala amal ibadat itu. Yang dengan khusyu' seseorang hamba merasa berhadapan dengan AlLah, ketika ini perasaan bermusyahadah berintai - intaian
dan bercakap - cakap dengan Tuhan seolah - olah AlLah berkata: "Innany AnaAlLah - Aku inilah Tuhan yakniAlLah"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar