Haqiqat Manusia
Manusia sesungguhnya terdiri dari 3 unsur:
1. Jasad
"Penyakit" dari jasad terhadap hati disebut Syahwat.
2. Jiwa (An-Nafs)
Defaultnya jiwa adalah Jiwa Muthmainnah. Inilah hakikat diri manusia. "Penyakit" dari Jiwa terhadap hati adalah Hawa Nafsu. Hawa Nafsu ini jumlahnya banyak. Tidak hanya satu. Imam Ja'far Ash Shadiq mengklasifikasikannya menjadi 75 jenis.
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku. (QS. 12:53)
3. Ruh (Ar-Ruh)
Dalam Al Qur'an dibagi 3 bahasanya:
a. Ruhul Amin
Hal ini menunjuk kepada Malaikat Jibril (QS. 26:193)
b. Nafakh Ruh
Hal ini adalah sebagian dari Ruh Allah yang ditiupkan kepada manusia, menjadi nyawa atau sukma.
c. Ruhul Qudus
Hal ini adalah realitas Allah dalam diri manusia. Zat Allah yang dirangkul oleh hati orang mukmin (Hadits Qudsi). Dalam surat 24:35 digambarkan Allah adalah cahaya langit dan bumi. Ruhul Qudus adalah sumber cahaya (pelita) yang terdapat didalam kaukaban (jiwa), yang terdapat di dalam misykat (jasad). Ruhul Qudus apabila telah menyala dalam jiwa seorang mukmin, maka Al Qur'an menjadi terang baginya, pemberi petunjuk baginya, dsb (QS 16:102)
HATI
Hati ada 2 jenis, yaitu:
1. Hati Jasamaniyah
Hati jenis ini berbentuk seperti buah shanaubar. Hewan memiliki. Mayatpun memiliki.
2. Hati Ruhaniyah
Hati jenis ini disebut pula hati latifah. Tidak berbentuk seperti buah shanaubar. Hati inilah yang mengenal Allah, dan dapat merangkul Zat Allah.
Hati Ruhaniyah seperti 2 sisi mata uang dengan Jiwa Muthmainnah.
Apabila manusia hidup dengan mengikuti hawa nafsu & syahwatnya, maka Hatinya (Jiwa Muthmainnah) tertutupi oleh "penyakit-penyakit" tersebut. Maka kondisi hati (jiwa Muthmainnah) nya menjadi sakit, buta, tuli, lumpuh, bahkan mungkin mati!
Mungkin kita termasuk orang-orang yang sakit atau mati Jiwa Muthmainnah kita?
Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. 2:32)
Jiwa Muthmainnah inilah sesungguhnya JATI DIRI manusia. Dialah sisi lain dari 2 sisi mata uang, apabila kita menyebut HATI RUHANIYAH.
Jadi sesungguhnya, kurang tepat kalau (mungkin) sekarang kita mengatakan bahwa "Inilah diri saya". Kenapa? Karena mungkin yang kita tunjuk kepada diri kita bukanlah Jati Diri kita sesungguhnya. Tetapi merupakan Jati Diri (Jiwa Muthmainnah) kita yang terbungkus oleh syahwat & hawa nafsu.
Perangai dan perilaku yang mengalir dari diri kita dalam setiap aktivitas sekarang ini, (mungkin) belum merupakan cerminan sesungguhnya Jati Diri, tetapi lebih merupakan cerminan syahwat dan hawa nafsu yang mendominasi diri kita.
Seorang yang Jiwa Muthmainnah-nya bersih sempurna, barulah ia dikatakan "mengenal dirinya". Dia akan mengetahui Jati Dirinya. Pada tahapan inilah seorang dikatakan ma'rifatullah.
Rasulullah SAW bersabda (sebagian ulama mengatakan ini merupakan kata hikmah), bahwa "Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal tuhannya".
Namun Ma'rifatullah BUKAN TUJUAN AKHIR. Ini barulah gerbang pertama dalam memasuki pelaksanaan Diin yang hakiki. Sehingga kurang tepat kalau ada seorang pejalan tasawuf, yang menganggap tujuan akhir perjalanannya adalah Ma'rifatullah. Dengan mengatakan tahapan-tahapan tasawuf adalah : syariah - thariqah - hakikat - Ma'rifat (tujuan akhir.
Ali Karamallahuwajhah pernah berkata dalam bukunya "Nahjul Balaghah", bahwa "awalnya beragama adalah ma'rfiatullah". Ma'rifatullah baru awal dari beragama seseorang.
Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. 2:32)
Rabu, 11 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar